BERITA NANA4D – Konflik antara milisi Hizbullah dengan Israel yang kian memanas, memaksa Pemerintah Gedung Putih AS turun tangan dengan menempatkan kapal perang di perairan Mediterania untuk mengangkut warga AS dari Lebanon.
Adapun jenis Kapal perang yang dikirim AS untuk mengevakuasi warganya dari Lebanon yakni jenis USS Wasp yang merupakan salah satu kapal perang canggih AS yang dapat mengerahkan jet tempur siluman F-35 jarak jauh jika diperlukan.
”Sebuah kapal serbu amfibi, bersama dengan Marinir dari Unit Ekspedisi Marinir ke-24, telah bergabung dengan pasukan angkatan laut AS lainnya di wilayah tersebut, bersiap untuk kemungkinan evakuasi warga Amerika dan misi lainnya,” ujar pejabat pertahanan AS dikutip dari Anadolu.
BACA JUGA : Presiden Jokowi akan Jadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Bhayangkara Senin 1 Juli 2024
Departemen Luar Negeri AS memperkirakan setidaknya ada 86.000 orang Amerika yang saat ini tinggal dan menetap di Lebanon. Sementara itu sejak perang antara Israel dan Hizbullah pecah pada 2006 silam, Washington baru dapat mengevakuasi 15.000 orang dari negara tersebut.
“Tujuannya adalah untuk mengembalikan ketenangan ke Israel utara sehingga 60.000 warga Israel yang telah mengungsi dalam delapan bulan terakhir karena tembakan roket Hizbullah dapat pulang,” kata salah satu pejabat AS
Selain untuk mengevakuasi warga AS dari zona perang Lebanon, pengiriman kapal ini bertujuan mencegah eskalasi regional dan mendukung potensi keberangkatan yang dibantu militer.
Hizbullah Bombardir Israel
Hizbullah dan Israel diketahui merupakan musuh bebuyutan. Sejak tahun 1992, hubungan keduanya telah bersitegang. Hal terjadi setelah pendahulu Hizbullah terbunuh dalam serangan Israel.
Namun intensitas serangan keduanya makin gencar setelah perang meletus di Gaza yang menewaskan 34.000 warga sipil sejak Oktober.
Hizbullah menjadi salah satu organisasi militan yang mendukung kemenangan Hamas dalam pertempuran di Gaza. Hizbullah bahkan kerap mengeluarkan pesan dukungan kepada Hamas.
Terbaru Kelompok Hizbullah menembakkan puluhan roket terhadap target pangkalan militer di Israel bagian utara. Setidaknya 25 roket bermuatan peledak ini diluncurkan dari Lebanon ke arah Galilea Barat dan daerah Kiryat Shmona dalam serangan terpisah.
Kemudian dilanjutkan dengan 3 drone bermuatan peledak yang diluncurkan dari Lebanon ke arah Galilea Barat pada malam hari. Setelah sebelumnya, Hizbullah melancarkan serangkaian sekitar 40 roket ke Israel utara pada Kamis sore.
BACA JUGA : Rudal F-16 Milik Tentara Zionis Gagal Meledak saat Ditembakkan ke Rumah Warga Palestina
Tiru langkah Kuwait dan Kanada
Evakuasi massal sebelumnya juga dilakukan pemerintah Kuwait. Untuk mempercepat proses evakuasi, Kementerian Luar Negeri Kuwait memerintahkan maskapai penerbangan Kuwait Airways sejak akhir pekan kemarin memulai proses evakuasi warga Kuwait yang terjebak di Lebanon.
Adapun evakuasi besar-besaran digelar sehari sebelumnya, pemerintah negara Teluk tersebut memperbarui seruan agar warganya meninggalkan Lebanon sesegera mungkin. Tak hanya itu Kementerian luar negeri juga meminta warga yang tidak memiliki kepentingan untuk menahan diri agar tak pergi ke Lebanon karena situasi keamanan yang kian mencekam buntut konflik Israel dan Hizbullah.
“Maskapai penerbangan Kuwait pada hari Sabtu berangkat ke Lebanon untuk mengevakuasi warga negara Kuwait di negara tersebut, menyusul adanya eskalasi miliaran antara Hizbullah dan Israel yang kian meningkat,” jelas Kantor berita resmi Kuwait, KUNA.
Hal serupa juga dilakukan pemerintah Kanada, dalam laman sosial medianya Menteri Luar Negeri Kanada Mélanie Joly mendesak 45.000 warga negaranya untuk segera mengevakuasi dari Lebanon, hal ini lantaran makin memanasnya perang antara Hizbullah dan Israel.
Tidak jelas apakah rencana serupa juga dibuat untuk sekitar 35.000 warga Kanada yang tinggal di Israel. Namun Mélanie Joly mengatakan Ottawa telah mengirim pasukan militer ke wilayah Lebanon sebagai persiapan untuk evakuasi tersebut.
“Ottawa telah mengirim pasukan militer ke wilayah Lebanon sebagai persiapan untuk evakuasi terbesar yang pernah kami lakukan,” ujar Joly mengutip Times Of Israel.