Berita Nana4D – Upaya Israel melemahkan jalur koordinasi dan komando milisi perlawanan Palestina di Gaza, Hamas dengan menargetkan pembunuhan para pemimpin gerakan tersebut di luar negeri sepertinya justru salah langkah.
Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, nyatanya malah mampu melakukan close range combat (serangan dari jarak dekat), sebagai bukti kesalahan strategi Israel tersebut.
Laporan terbaru, Brigade al-Qassam disebutkan telah membunuh lima tentara Israel (IDF) dari jarak dekat dengan senapan mesin dan granat di timur laut Kamp al-Bureij, Jalur Gaza tengah, pada Selasa (2/1/2024).
Serangan di depan muka musuh dari kelompok ini juga menjadikan tank tempur Merkava milik pasukan Israel sebagai sasaran empuk peluru al-Yassin 105 di berbagai wilayah pertempuran di Gaza.
Baca juga: Takut Diamuk Houthi, Jerman Tarik Mundur Kapal Dagangnya dari Laut Tengah
Fase Ketiga Perang atas Saran AS
Pertempuran sengit itu terjadi bersamaan dengan terbunuhnya wakil kepala Biro Politik Hamas, Saleh al-Arouri, oleh pesawat tak berawak Israel di Beirut, Lebanon.
Pembunuhan para pemimpin Hamas ini dilaporkan menjadi strategi terbaru Israel di Perang Gaza yang mereka klaim telah memasuki fase ketiga.
Atas saran dan desakan AS, Israel diminta untuk lebih mengurangi intensitas bombardemen yang berpotensi menghadirkan jatuhnya banyak korban sipil.
Maksud di balik desakan ini adalah, Israel dan AS akan semakin tertekan oleh serangan publik internasional atas kongkalikong mereka dalam aksi yang dituduh sebagai pembantaian dan genosida di Gaza secara luas.
Baca juga: Demi Gaet Tim Valentino Rossi, Yamaha Bermanuver Datangkan Davide Brivio di MotoGP 2024
Sebaliknya, AS menyarankan Israel melakukan serangan-serangan berintensitas rendah dan lebih terfokus, hal yang ditafsirkan Israel untuk memburu para pemimpin Hamas.
Selain Yahya Sinwar, pemimpin utama Hamas di lapangan, yang kabarnya ada di sebuah lokasi di Gaza, Israel juga membidik para pemimpin Hamas yang berada di luar negeri.
Strateginya, dengan melenyapkan para mastermind Hamas, Israel berharap jalur komando Hamas akan melemah ke milisi tempur mereka di Gaza.
Hal ini membuat Israel kabarnya mengerahkan agen-agen terbaik Mossad dan Shin Bet guna melakukan tugas assassination terhadap top management Hamas di luar Palestina.
Sebagian dilaporkan tertangkap oleh pemerintah negara-negara di mana agen-agen itu ditempatkan, namun sisanya disebut-sebut sukses melaksanakan tugas.
Satu di antara kesuksesan itu adalah terbunuhnya Saleh Al-Arouri yang waktu dan keberadaannya diketahui agen mata-mata Israel.
Al-Arouri terbunuh saat berada di sebuah gedung yang menjadi Kantor Hamas di pinggiran Dahiyeh di Beirut, Lebanon, pada Selasa (2/1/2023) malam.
Hizbullah Bersumpah Balas Dendam
Seperti diketahui, Al-Arouri juga dikenal sebagai pendiri Brigade al-Qassam.
Adapun Brigade Al-Qassam dalam pernyataannya, menunjukkan kohesivitas mereka meski satu di antara pimpinan terbunuh.
Sebuah serangan terkoordinasi dari jarak dekat, kata mereka, sukses meleyapkan 5 personel IDF.
“Pejuang Al-Qassam berhasil melenyapkan 5 tentara Zionis dari jarak dekat di timur laut kamp pengungsi al-Bureij di Jalur Gaza tengah,” demikian bunyi pernyataan Brigade al-Qassam, seperti dikutip Palestine Chronicle, Rabu (3/ 1/2024).
“Brigade Al-Qassam menargetkan tank Zionis Merkava dengan peluru al-Yassin 105 di sebelah timur Kamp Al-Bureij di Jalur Gaza tengah.”
Tank Merkava juga menjadi sasaran serangan Brigade al-Qassam di daerah Qarara, Ma’an dan al-Mahatta dekat kota Khan Younis.
Sementara itu, kelompok Hizbullah Lebanon bersumpah akan membalas dendam setelah Israel membunuh wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri di Beirut.
“Kami menekankan bahwa kejahatan ini tidak akan pernah terjadi tanpa balasan dan hukuman,” kata kelompok bersenjata Lebanon dalam sebuah pernyataan.
“Kami menganggap kejahatan pembunuhan Saleh al-Arouri dan rekan-rekannya di jantung Dahiyeh Beirut sebagai agresi berbahaya terhadap Lebanon dan rakyatnya, keamanan, kedaulatan dan perlawanannya,” lanjut pernyataan Hizbullah.