BERITA NANA4D – Kemitraan yang lebih luas dan konkret di bidang migrasi dan mobilitas antara Filipina dan Jerman menjadi salah satu pokok pembicaraan antara Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dalam pertemuan di Berlin, Selasa (12/03).
“Filipina punya banyak pekerja berketerampilan tinggi,” kata Scholz dalam konferensi pers bersama. “Ini juga relevan untuk sektor kesehatan kita.”
Scholz mengatakan, kerja sama ketenagakerjaan dengan negara Asia Tenggara yang satu itu adalah hal penting bagi Jerman, dan ia ingin membuat kemajuan di sini dengan “cara yang sangat konkret.”
Kanselir Jerman juga mengatakan telah merencanakan “pengembangan lebih lanjut yang sangat komprehensif” dalam kerja sama di sektor pekerja terampil.
“Kami juga berencana untuk menuangkannya ke dalam teks konkret yang bisa kita sepakati,” tambahnya.
BACA JUGA : Wacana Cuti Ayah Saat Istri Melahirkan, KemenPPPA: Demi Kepentingan Terbaik Anak
Marcos menyadari bertambahnya jumlah tenaga kerja pekerja kesehatan Filipina di Jerman, dan menambahkan bahwa kedua negara sedang menyelesaikan pembicaraan mengenai penempatan lebih banyak pekerja terampil Filipina di luar sektor kesehatan.
Jerman kekurangan tenaga perawat
Filipina adalah negara penting yang memasok pekerja terampil bagi Jerman. Di sisi lain, pengiriman uang dari warga Filipina yang tinggal di luar negeri menjadi sumber penting peningkatan perekonomian di Filipina.
Bank Sentral Filipina melaporkan bahwa pada 2023, ada lebih dari €573.000 pengiriman uang yang berasal dari Jerman saja.
Saat ini, terdapat sekitar 6.000 perawat Filipina yang bekerja di Jerman. Sekitar 2.000 di antaranya bermigrasi lewat program antarpemerintah yang mempersiapkan dan menempatkan perawat Filipina ke berbagai fasilitas layanan kesehatan Jerman.
Antara tahun 2030 dan 2040, kekurangan tenaga kerja di fasilitas layanan kesehatan di Jerman diperkirakan akan menjadi masalah yang lebih besar karena meningkatnya populasi lansia yang butuh perawatan, ujar Wido Geis-Thöne, ekonom senior di Institut Ekonomi Jerman.
BACA JUGA : Viral Juru Parkir Liar Ancam Kempesi Ban Mobil Akibat Bayar Cuma Rp2.000, Berakhir Dimediasi Polisi
Apa dampak brain drain pekerja medis di Filipina?
Filipina adalah pemasok tenaga perawat terbesar di dunia, dengan sekitar 620.000 pekerja layanan kesehatan berlisensi yang aktif dalam angkatan kerja, sekitar 51% di antaranya bekerja di luar negeri, menurut Kementerian Kesehatan Filipina.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, dalam kunjungan sebelumnya ke Filipina, menegaskan bahwa kerja sama bilateral tidak akan menyebabkan hilangnya pekerja bertalenta di negara tersebut.
Namun, meski jumlah petugas layanan kesehatan di Filipina cukup besar, negara ini masih berjuang dengan kekurangan staf. Pada tahun 2022 diperkirakan ada sekitar 106.000 posisi perawat yang tidak terisi di fasilitas Kesehatan dan rumah sakit pemerintah dan swasta, menurut angka dari Kementerian Kesehatan.
Menurut kementerian tersebut, idealnya ada satu perawat untuk setiap 12 pasien. Namun dalam banyak kasus, hanya ada satu perawat untuk tiap 20, atau bahkan 40 pasien.
Mengapa banyak perawat Filipina beremigrasi?
Jerman hanyalah salah satu dari banyak negara yang mencari pekerja medis berkualitas dari luar negeri untuk mengimbangi kekurangan tenaga kerja. Sementara layanan Kesehatan Nasional di Inggris mempekerjakan sekitar 40.000 perawat Filipina.
BACA JUGA : Kata Kapolri soal Izin Kapolda Jadi Saksi TPN Ganjar-Mahfud Sidang Gugatan Pilpres di MK
Ribuan perawat Filipina lainnya bermigrasi ke Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan negara-negara lain di mana pekerja layanan kesehatan mendapatkan upah dan kondisi kerja yang lebih baik dibandingkan di Filipina.
Eleanor Nolasco, Presiden Filipino Nurses United, mengatakan perawat yang bekerja di rumah sakit dan lembaga nasional di Filipina hanya mendapat gaji 36.000 peso atau sekitar Rp10 juta. Sementara gaji yang ditawarkan di luar negeri jauh lebih besar.
Gaji di sektor swasta di Filipina bahkan lebih rendah lagi, kata Nolasco, karena banyak perawat menerima upah minimum sekitar 15.000 peso atau sekitar Rp4,2 juta.
Perawat juga mengeluh karena beban kerja yang terlalu banyak, harus bekerja lebih lama, serta cenderung menangani pasien dalam jumlah yang tidak aman, kata Presiden Aliansi Pekerja Kesehatan Robert Mendoza kepada DW
Kedua aliansi pekerja tersebut mengatakan rendahnya upah serta kurangnya keamanan kerja dan kemajuan karir masih menjadi alasan utama mengapa angkatan kerja yang mengalami demoralisasi memilih untuk meninggalkan negaranya.