BERITA NANA4D – Tiongkok menjatuhkan hukuman mati kepada seorang mantan pejabatnya atas kasus suap pada Selasa (28/5/2024), menurut media pemerintah.
Bai Tianhui, yang merupakan mantan manajer umum China di Huarong International Holdings.
Dikutip dari Anadolu Agency, berdasarkan temuan pengadilan, antara tahun 2014 dan 2018, Bai memanfaatkan posisinya dengan memberikan berbagi bantuan kepada orang lain.
Ia disebut memanfaatkan jabatannya sebagai manajemen untuk menawarkan perlakuan yang menguntungkan, dalam “mengakuisisi proyek dan pembiayaan perusahaan, dikutip dari CCTV.
BACA JUGA : Bujang Tua di Bogor Lecehkan 11 Anak-anak: Modus Pelaku Tambahkan Waktu Penyewaan Sepeda
Mulai dari akuisisi proyek, pembiayaan perusahaan, hingga secara ilegal Bai menerima suap sebesar 1,1 miliar yuan ($152 juta).
Buntutnya, Bai dijatuhi hukuman mati, menurut laporan harian Global Times, media yang berbasis di Beijing.
Pengadilan di Tianjin di timur laut Tiongkok menekankan bahayanya dampak sosial dan kerugian besar terhadap kepentingan negara yang disebabkan oleh kasus ini.
Putusan pengadilan menyatakan tindakan Bai merupakan kejahatan suap.
Bahkan jumlah suap terbilang sangat besar.
“(Tindakan Bai) memicu dampak sosialnya sangat buruk, menyebabkan kerugian yang signifikan terhadap kepentingan negara dan rakyat,” kata Pengadilan.
Keadaan kejahatannya juga dianggap sangat serius.
“Tindakannya dalam memberikan informasi untuk penyelidikan kasus-kasus lain tidak cukup untuk menjamin hukuman yang ringan, mengingat fakta, sifat, dan keadaan pelanggarannya,” terang pengadilan.
China Huarong International Holdingsa adalah milik konglomerat milik negara, Citic Group.
Menteri Pertanian Tang Renjian (61) awal bulan ini diselidiki oleh Partai Komunis Tiongkok karena dugaan pelanggaran serius terhadap disiplin dan hukum.
BACA JUGA : BMW Gunakan Robot Anjing untuk Deteksi Masalah di Pabrik
Para pendukung mengatakan kampanye anti-korupsi mempromosikan pemerintahan yang bersih.
Namun para kritikus mengatakan kampanye ini juga memberi Xi kekuatan untuk menyingkirkan saingan politiknya, dikutip dari CNA.
Beberapa bulan terakhir telah terlihat beberapa tokoh dari sektor keuangan dan perbankan Tiongkok menjadi sasaran otoritas anti-korupsi.
Pada bulan April, Liu Liange, Ketua Bank of China dari tahun 2019 hingga 2023, mengaku “menerima suap dan memberikan pinjaman secara ilegal”.
Pada bulan yang sama, mantan pimpinan perusahaan perbankan raksasa milik negara Tiongkok, Everbright Group, Li Xiaopeng diselidiki karena “pelanggaran berat” terhadap hukum.
Tiongkok mengklasifikasikan statistik hukuman mati sebagai rahasia negara.
Amnesty dan kelompok hak asasi manusia lainnya yakin ribuan orang dieksekusi di negara tersebut setiap tahunnya.