Rusia Bersedia Serahkan Donbass Kembali ke Ukraina Dengan Syarat, Zelensky Malah Mau Lobi Senjata

Rusia Bersedia Serahkan Donbass Kembali ke Ukraina Dengan Syarat, Zelensky Malah Mau Lobi Senjata

BERITA NANA4DRusia menyatakan bisa mengembalikan kota-kota di Donbass kembali ke Ukraina. Syaratnya, Kiev menghormati perjanjian Minks.

Hal ini diungkapkan kata Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya, dikutip dari kantor berita TASS, Selasa (13/2/2024).

Nebenzya mengungkapkan, penerapan Paket Tindakan Minsk adalah skenario terbaik untuk menyelesaikan krisis Ukraina. Penerapan perjanjian Minsk akan membawa Donbass kembali ke Ukraina jika Ukraina mewujudkannya.

Baca juga: Autopsi Dante, Tak Ada Tanda Kekerasan, Tapi Ditemukan Tumbuhan Air di Sum-sum, Ini Analisa Dokter

“Pertama-tama, Donbass akan menjadi negara yang beradab. Di mana hak setiap orang dihormati secara setara, tanpa diskriminasi apa pun atas dasar politik, bahasa, atau etnis,” katanya pada pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai Ukraina yang diprakarsai Rusia.

Nebenzya menjelaskan bahwa masyarakat di Donbass ingin berbicara bahasa Rusia dan menghormati kenangan mereka yang membebaskan negeri ini dari Nazisme, namun Tentara Ukraina menanggapi seruan mereka dengan kekerasan dan darah.

“Orang-orang di Donbass tidak menginginkan banyak hal – hanya untuk hidup di tanah mereka, memiliki pemerintahan lokal sendiri, berbicara bahasa Rusia, mengajar anak-anak mereka di sana dan menghormati kenangan orang-orang yang membebaskan tanah ini dari Nazisme, bukan mereka yang berkolaborasi dengan Nazi,” katanya.

Donbass yang berada di wilayah timur Ukraina berbatasan dengan Rusia memiliki penduduk sebanyak 6 jutaan orang. Sebanyak 40 persen adalah etnis Rusia, sedangkan mayoritas etnis Ukraina.

Etnis Rusia beberapa kali melakukan pemberontakan ingin memisahkan diri dari Ukraina, hingga pada 2015 digelar Perdamaian Minks-2.

Perjanjian perdamaian ini ditandatangani oleh Kelompok Kontak Trilateral untuk Ukraina yang terdiri dari perwakilan senior dari Rusia, Ukraina dan pengawas keamanan Eropa OSCE pada 12 Februari 2015 , setelah pembicaraan maraton selama 16 jam antara para pemimpin Empat negara Normandia, yaitu Rusia, Jerman, Prancis, dan Ukraina.

Baca juga: Bank BRI dan Mandiri Pecahkan Rekor Harga Saham Tertinggi dalam Sejarah

Dokumen berisi 13 poin tersebut mencakup gencatan senjata antara pasukan pemerintah Ukraina dan milisi rakyat di wilayah yang memproklamirkan diri sebagai republik Donetsk dan Lugansk dan selanjutnya penarikan senjata berat dari garis kontak hingga jarak setidaknya 50 kilometer.

Perjanjian tersebut juga menetapkan peta jalan bagi penyelesaian jangka panjang di Ukraina, termasuk amnesti, pertukaran tahanan, dimulainya kembali hubungan ekonomi, pemilihan lokal dan reformasi konstitusi untuk memberikan lebih banyak otonomi kepada wilayah timur yang dilanda perang.

Pembicaraan mengenai implementasinya berlanjut hingga awal tahun 2022 ketika Kiev menolak untuk memenuhi poin-poin politik dari perjanjian tersebut hingga akhirnya Rusia menginvasi Ukraina.

Tak Didengarkan Ukraina dan Barat

Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bersedia mengakhiri pertempuran di Ukraina.

Meski demikian jurnalis AS Tucker Carlson mengingatkan, semakin lama kemungkinan berkomprominya makin sulit.

Carlson pada Senin (12/2/2024) berbicara pada KTT Pemerintah Dunia di Dubai, di mana ia terbang setelah mewawancarai Putin di Moskow pekan lalu. Video diskusi tersebut telah ditonton ratusan juta kali.

“Putin ingin keluar dari perang ini. Dia tidak akan menjadi lebih terbuka terhadap negosiasi jika hal ini berlangsung lebih lama,” kata Carlson menanggapi pertanyaan moderator.

Meski demikian, keinginan Rusia tersebut tidak pernah didengarkan oleh Ukraina dan para pendukungnya negara-negara Barat.

Ia menjelaskan bahwa negara-negara Barat perlu mengingat bahwa “kapasitas industri Rusia jauh lebih besar dari yang kita duga sebelumnya,” dan bahwa Moskow memiliki waktu yang jauh lebih mudah untuk memproduksi senjata dan amunisi dibandingkan negara-negara NATO yang telah memasok Ukraina, lanjut jurnalis tersebut.

Kremlin mengatakan bahwa Rusia telah mengkomunikasikan pendiriannya kepada AS dengan cukup jelas, namun Washington tampaknya tidak tertarik untuk melakukan pembicaraan.

BACA JUGA : Obati Kankernya, Vidi Aldiano Ikut Program Detoks di Thailand

Zelensky Lobi Bantuan Senjata Barat

Sementara itu Presiden Volodymyr Zelensky dikabarkan segera melakukan safari Eropa. Ia akan menemui sejumlah pemimpin negara-negara Barat untuk memberikan bantuan senjata untuk peperangan melawan Rusia.

Langkah tersebut dilakukan setelah Amerika Serikat mengalami masalah dengan pendanaannya.

Zelensky menyatakan akan melakukan serangan balik lagi ke Rusia, setelah tahun lalu mengalami kekalahan.

Karenanya Ukraina membutuhkan dana yang tidak sedikit dan ia pun akan melobi sendiri para pemimpin negara Uni Eropa.

Europan Pravda memberitakan, Presiden Ukraina akan mengunjungi sejumlah ibu kota Eropa barat, kemungkinan saat menghadiri Konferensi Keamanan Munich pada 16-18 Februari.

Di antara kota-kota yang mungkin dikunjungi Zelenskyy adalah Paris dan Berlin; kemungkinan kunjungan ke London juga sedang dibahas.

Sementara sumber Bloomberg menambahkan bahwa Zelensky berencana untuk fokus pada bantuan militer dan penandatanganan perjanjian jaminan keamanan.

Kunjungan presiden tidak pernah diumumkan sebelumnya karena alasan keamanan, dan belum ada konfirmasi resmi dari negara mana pun terkait.

Ada laporan media minggu lalu bahwa Zelensky diperkirakan akan melakukan kunjungan ketiganya ke Jerman sejak awal agresi besar-besaran Rusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BERITA NANA4D : BERITA TERBARU DAN TERKINI