BERITA NANA4D – Iran akhirnya menjawab tudingan Israel soal penggunaan senjata nuklir dalam konflik yang terjadi.
Kementerian Luar Negeri Teheran menegaskan bahwa senjata nuklir tidak memiliki tempat dalam “doktrin nuklir Iran“, Senin (22/4/2024).
Kemenlu melontarkan pernyataan tersebut selang beberapa hari setelah Komandan Korps Garda Revolusi Islam memperingatkan bahwa Iran mungkin mengubah kebijakan nuklirnya, jika mendapat tekanan dari ancaman Israel.
“Iran telah berulang kali mengatakan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai,” papar Juru bicara Kementerian, Nasser Kanaani dalam konferensi pers di Teheran, dikutip dari Times of Israel.
BACA JUGA : Handphone Bisa Buat Tentara Terbunuh dalam Peperangan Modern, Ungkap Jenderal AS
“Senjata nuklir tidak memiliki tempat dalam doktrin nuklir kita,” lanjutnya.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memberikan pendapat terakhirnya mengenai program nuklir Teheran, yang menurut Barat memiliki tujuan militer, dikutip dari Al Arabiya.
Teheran selalu bersikeras bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai, sebuah klaim yang dibantah oleh Israel dan sebagian besar negara Barat.
Menyusul serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pekan lalu, Komandan IRGC yang bertanggung jawab atas keamanan nuklir, Ahmad Haghtalab, mengatakan ancaman serangan balik oleh Israel dapat membuat Teheran “meninjau kembali doktrin nuklirnya dan menyimpang dari pertimbangan sebelumnya.”
Pada tahun 2021, Menteri Intelijen Iran saat itu mengatakan bahwa tekanan Barat dapat mendorong Teheran untuk membuat senjata nuklir.
Seperti diketuhui, pengembangan nuklir di Iran dilarang oleh Khamenei dalam sebuah fatwa, atau keputusan agama, pada awal tahun 2000-an.
“Membuat dan menimbun bom nuklir adalah salah dan menggunakannya adalah haram (dilarang secara agama). Meskipun kita memiliki teknologi nuklir, Iran dengan tegas menghindarinya,” tegas Khamenei pada tahun 2019.
Namun Kepala Badan Energi Atom Internasional, Rafael Grossi mengatakan pada bulan Februari bahwa Iran terus memperkaya uranium dengan tingkat kemurnian hingga 60 persen.
Angka tersebut jauh melampaui kebutuhan untuk penggunaan nuklir komersial.
Tampaknya, Iran sedang berupaya menghidupkan kembali perjanjian nuklir dengan AS, yang sempat terputus pada tahun 2018 di masa pemerintahan Presiden Donald Trump.
Perjanjian itu ditandatangani pada tahun 2015, dengan menunjuk Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Sayyid Irani, sebagai ketua timnya.
Trump saat itu memilih mundur dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 secara sepihak dan mulai menerapkan sanksi terhadap Iran.
Memanasnya hubungan Iran dan Israel, sekutu dekat AS, baru-baru ini menjadi celah bagi Iran untuk memulai negosiasi perjanjian nuklir dengan AS.
BACA JUGA : Kasus Mega Korupsi Rp271 Triliun, Kejaksaan Agung Periksa 2 Competent Person PT Timah
Posisi AS dianggap mendukung Israel yang berperang dengan pihak mana pun, tanpa terkecuali Iran.
Sementara Iran mengancam akan menggunakan kekuatan penuh dan mengubah kebijakan penggunaan senjata nuklir jika Israel menyerang Iran lagi.
“Amerika dan Iran sedang melakukan negosiasi di New York untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir,” kata surat kabar Iran, Sharq, pada Minggu (21/4/2024).
Sementara itu, Duta Besar Iran untuk PBB dikabarkan sedang bernegosiasi dengan pihak AS terkait perjanjian nuklir.
“Perwakilan Iran untuk PBB, Amir Saeed Irani, sedang menindaklanjuti negosiasi ini dengan pihak Amerika,” menurut laporan Iran Avenue.
Peluang negosiasi
Sumber dari surat kabar tersebut mengatakan Presiden AS Joe Biden melihat peluang untuk bernegosiasi dengan Iran setelah memanasnya hubungan Iran-Israel.
“Salah satu pandangan di pemerintahan adalah bahwa Presiden Biden melihat peluang untuk memulai perundingan diplomatik guna menghidupkan kembali perjanjian nuklir dengan Iran,” kata sumber itu.
Iran mengatakan akan membalas dengan lebih kuat dan cepat jika Israel kembali menyerang wilayahnya setelah serangan balasan itu.
“Di antara pesan yang dikirim Iran ke Washington melalui mediator adalah bahwa Iran akan mempertimbangkan kembali program nuklirnya, jika pendudukan Israel ingin menargetkan fasilitas nuklirnya,” kata sumber tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Al Arabiya, Kamis (18/4/2024).