BERITA NANA4D – Sejumlah pendaki diduga menyalakan flare di puncak Gunung Andong yang berlokasi di antara Desa Ngablak dan Tlogorejo, Grabag, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah pada Rabu (1/5/2024) lalu.
Dari video yang beredar di dunia maya, terlihat ada sejumlah remaja yang diduga menyalakan flare di Puncak Alap-Alap Gunung Andong .
Mereka tampak asyik berfoto di tengah kepulan asap sementara pendaki lainnya tampak terganggu.
Kepala Resort Pemangkuan Hutan Pagergunung, BKPH Ambarawa, KPH Kedu Utara, Muhlisin mengungkapkan, sejumlah pemuda yang tertangkap kamera tersebut sudah berkomunikasi dengan pengelola basecamp Pandem.
Mereka hendak bertemu langsung dengan pengelola basecamp tersebut untuk melakukan klarifikasi hari ini Jumat (3/5/2024).
“Ini dapat informasi dari yang bersangkutan itu ingin mengklarifikasi kaitannya dengan kejadian itu bahwa ada informasi sementara mereka itu hanya numpang foto,” ujar Muhlisin, Jumat (3/5/2024).
BACA JUGA : Jadwal Perebutan Tempat 3 Piala Asia U-23: Irak Vs Indonesia Malam Ini!
Menurutnya ada enam pendaki yang akan melakukan klarifikasi.
Berdasarkan informasi awal, keenam remaja tersebut mengaku hanya numpang foto saat flare sudah disulut.
Sementara soal siapa pemilik dan oknum yang menyalakan flare, mereka tak mengetahui karena kondisinya di puncak tergolong ramai kala itu.
“Jadi sempat mereka menyampaikan juga mereka hanya numpang foto di situ yang menyalakan flare bukan dia, karena mungkin banyaknya pengunjung mereka juga tidak tahu si A si B nya itu,” katanya.
Saat ini pihak pengelola masih berupaya memburu pendaki yang menyalakan flare tersebut.
“Iya kami masih mencari. Barusan kami cek di registrasinya pengunjung itu kan ada informasi,” ujarnya.
Salah satu pengelola Basecamp Pendem, Marminuden mengaku mengetahui peristiwa tersebut dari video yang beredar di media sosial.
Dia tak mengetahui secara pasti dari basecamp mana pelaku tersebut masuk ke kawasan Gunung Andong .
“Baru tahu karena diupload di medsos, saya tadi juga sudah dimintai penjelasan sama Danramil dan Kapolsek Ngablak. Kejadiannya tanggal 1 Mei,” ujar Marminuden, Jumat (3/5/2024).
“Ini lagi ditelusuri itu naiknya dari Pendem, Sawit atau dari mana saya nggak tahu,” sambungnya.
Menurutnya, pelaku harus melakukan klarifikasi dan meminta maaf atas perbuatan yang dilakukannya.
Terlebih menyalakan flare saat pendakian merupakan hal yang berisiko karena dapat memicu kebakaran hutan.
“Syukur-syukur kalau pengelola tahu saya suruh tanggung jawab dan klarifikasi minta maafnya di hadapan pengelola secara langsung,” tegasnya.
“Soalnya itu juga membawa nama buruknya Gunung Andong dan aparat sekelilingnya. Untungnya itu masih musim hujan kalau musim kemarau kan bahaya,” sambungnya.
Sebelumnya, Kapolsek Ngablak, AKP Suhartoyo mengaku telah mendalami peristiwa tersebut dengan meminta keterangan sejumlah pihak mulai dari pengelola basecamp Pandem hingga penjaga warung yang berada di puncak Gunung Andong.
BACA JUGA : Mencuat Diskursus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia
Menurutnya, peristiwa tersebut diduga terjadi pada Rabu (1/5/2024).
Pengelola basecamp via Pandem dinilai kecolongan sehingga ada pendaki yang membawa flare hingga puncak.
Sebelum kejadian, pengunjung atau pendaki Gunung Andong sudah diingatkan pengelola warung dan dilarang menyalakan flare apapun maksud dan tujuannya karena membahayakan dan mengganggu pengunjung lainnya.
Adapun pendaki yang menyalakan flare di lokasi Puncak Alap-Alap terdeteksi naik dari basecamp Gunung Andong via Pendem.
“Pengunjung yang melakukan atau menyalakan flare yang terlihat di medsos rata-rata anak-anak yang masih remaja. Dari pengelola basecamp pendakian Gunung Andong merasa sangat kecolongan dengan adanya kejadian tersebut dan menjadikan ketidak nyamanan semua pihak,” ungkap Suhartoyo, Jumat (3/5/2024).
Saat ini polisi berupaya melacak pengunjung yang menyalakan flare.
Pengelola juga diminta membuat banner berisi imbauan serta larangan barang bawaan yang tidak diperbolehkan.
“Dilakukan tracing pengunjung yang teregister di loket nomor HP dan alamat pengunjung di masing-masing loket basecamp,” katanya.
Razia secara selektif kepada para pengunjung juga akan dilakukan.
Nantinya akan dilakukan pemeriksaan pada seluruh barang bawaan pendaki dan melakukan pendataan barang bawaan yang tidak boleh dibawa dan dititipkan di basecamp.
Kemudian barang boleh diambil lagi setelah pengunjung turun dari puncak gunung.
“Akan dilakukan peningkatan pengawasan kepada para pengunjung dan melakukan patroli bersama,” ujarnya.