BERITA NANA4D – Baru-baru ini, pemerintah Turki dituduh mengirim senjata dan amunisi ke Israel menurut pemberitaan media lokal.
Menteri Perdagangan Turki, Omar Bolat membantah pemberitaan bahwa pemerintah Turki mengirim senjata ke Israel.
“Lembaga pemerintah dan perusahaan pemerintah tidak pernah berurusan dengan perusahaan Israel,” kata Omar Bolat dalam wawancara dengan saluran swasta Turki pada Rabu (27/3/2024).
BACA JUGA : Suami Jadi Tersangka, Sandra Dewi Sakit dan Jalani Operasi Ambeien Stadium Empat
Omar Bolat menjelaskan, Turki telah dan masih membela perjuangan Palestina dan hak-hak rakyat Palestina.
Dia menekankan, tuduhan bahwa Turki mengekspor senjata ke Israel sepenuhnya salah.
“Turki terus-menerus dihadapkan pada tuduhan melakukan perdagangan dengan Israel,” ujar Omar Bolat.
“Ada upaya untuk mendistorsi reputasi Turki melalui akun palsu dari beberapa elemen politik yang terpinggirkan dan organisasi teroris, dan intelijen Israel mencoba melakukan hal ini dengan membocorkan beberapa informasi yang menyesatkan,” katanya.
Omar Bolt menekankan bahwa Turki mengakui negara Palestina, tapi ada banyak negara terutama Israel yang tidak mengakuinya.
“Untuk alasan ini, pelabuhan dan bea cukai Israel harus digunakan dalam perdagangan antara Turki dan Palestina,” katanya.
“Angkatan Bersenjata Turki tidak memiliki kontak dengan Israel, kerja sama, pelatihan militer bersama, atau pembelian dan penjualan senjata dan amunisi,” tegasnya, dikutip dari Anadolu.
Omar Bolat membenarkan bahwa perdagangan antara lembaga swasta Turki dengan Israel menurun sebesar 33 persen sejak 7 Oktober 2023 dan menegaskan lembaga pemerintah tidak ada hubungan dengan Israel.
Tidak Ada Aktivitas Militer dengan Israel
Kementerian Perdagangan Turki dengan tegas membantah apa yang diberitakan di media tentang tuduhan bahwa Turki mengekspor senjata dan amunisi ke Israel.
Kementerian itu menggambarkan pemberitaan itu hanya untuk menyesatkan opini publik.
“Tuduhan tersebut tidak berdasar. Ekspor senjata atau amunisi dari Turki ke Israel tidak dapat diizinkan dengan cara apa pun,” kata Kementerian Perdagangan Turki dalam sebuah pernyataan, Rabu (27/3/2024).
BACA JUGA : Profil Singkat 3 Panel Hakim MK yang Tugasnya Sangat Penting Terkait Sengketa Pilpres 2024
Menurutnya, frasa yang digunakan dalam judul media tersebut cenderung dibuat-buat.
“Frasa yang terkandung dalam judul bagian jadwal tarif bea cukai sengaja dimanipulasi dan disebarkan ke media, dan berita yang dipublikasikan terkait hal ini bersifat tendensius dan dibuat-buat,” lanjutnya.
Kementerian Perdagangan Turki dengan tegas mengatakan tidak ada kerja sama militer dengan Israel.
“Tidak ada aktivitas militer antara negara kami dan Israel, termasuk pelatihan dan latihan militer atau kerja sama di bidang industri pertahanan,” tambahnya.
Kementerian tersebut menekankan Turki terus mendukung perjuangan Palestina.
Selain itu, Turki akan terus berupaya memberikan segala bentuk bantuan dan dukungan kepada warga Palestina di Jalur Gaza dan melalui segala jalur.
Kementerian tersebut menyampaikan harapannya agar resolusi gencatan senjata segera selama Ramadhan yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB dapat dilaksanakan secepatnya.
Resolusi tersebut mengarah pada gencatan senjata berkelanjutan antara Israel dan Hamas.
Hubungan Turki dan Israel
Hubungan Turki dan Israel memburuk setelah Israel melanjutkan agresinya terhadap warga Palestina pada 7 Oktober 2023 di Jalur Gaza.
Meski demikian, keduanya memiliki hubungan ekonomi, yang juga memburuk sejak Turki mengecam agresi Israel.
Setelah upaya membangun hubungan diplomatik dan mengirim duta besar masing-masing pada tahun 2022, kedua negara tersebut menarik perwakilannya kembali setelah pecahnya agresi Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.
BACA JUGA : Anies di Sidang MK: Apakah Pilpres 2024 Dijalankan Bebas, Jujur dan Adil?
Pada Rabu (25/10/2023), Presiden Turki, Erdogan, menyatakan dukungannya untuk Hamas dan menyebut mereka sebagai mujahidin yang berjuang untuk melindungi tanah Palestina.
“Serangan Israel terhadap Gaza, baik bagi Israel maupun bagi mereka yang mendukungnya, sama dengan pembunuhan dan penyakit mental,” kata Erdogan saat itu, seperti diberitakan Reuters.
Erdogan juga membatalkan rencana perjalannya ke Israel setelah pecahnya agresi Israel di Jalur Gaza.
Tercatat ada 32.490 kematian warga Palestina dan 74.889 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (28/3/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.